Baca Selanjutnya Di: http://entry44.blogspot.com/2010/04/cara-membuat-link-berkedip-saat-kursor.html#ixzz1NzR3zzVK simfony jiwa: Anak Berjiwa Besar

Translate

lagi nge-hop

Saturday, May 14, 2011

Anak Berjiwa Besar


Hari ini saya melihat seorang anak perempuan kira-kira umur 7 atau 8 tahunan. Bisa anda tebak dari topik judul artikel di atas. Anak berjiwa besar. So, you think? Okey,, akan dibahas untuk menuangkan segala pemikiran dan uneg-uneg segala keresahan saya. Boleh dikata, waktunya sekolah untuk umur sekian. Namun di sini, saya kemukakan bahwa saat saya melihat anak tersebut dalam masa liburannya. Boleh anda ketahui, bagi orang-orang ekonomi rendah, belum tentu bisa merasakan nikmatnya liburan layaknya orang-orang berkelas. Saya bukan menyindir anda, namun ini kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Bagi mereka anak-anak ekonomi rendah, mereka juga bisa menikmati liburan mereka dengan cara yang unik.

Saya mengangkat topik ini, ada hal hikmah yang akan anda petik di artikel ini. Semua hal yang terjadi pada semua perbedaan di masyarakat Indonesia bukan suatu hal celaka namun sebuah renungan untuk si “hati” pada masing-masing manusia. Adakah mereka yang mampu dan tajam hati dengan melihat sebuah fenomena yang membuat hati kita terketuk.

Dalam hal ini saya kisah kan sebuah anak seorang tukang parkir yang dekil di sebuah kota kecil yaitu kota Purworejo. Rumor masyarakat kota Purworejo adalah kota mati, kota orang-orang yang kurang produktif dibanding kota-kota besar lain(misal kota Semarang, DIY). Dengan menengadah kepala, berdiri di antara rumunan kendaraan bermotor, mobil dia santai dihadapan sepedanya yang kusam. Bagi kita yang menengok, mungkin sepeda tersebut sudah tak layak pakai. Namun bagi dia dan keluarga itu adalah kendaraan yang sangat berharga. Walaupun kusam dengan percaya diri dijaganya seperti seorang satpam. Ehem, maaf seorang anak tukang parkr maksud saya. Hehe ^_^.. disapanya saya dengan nadanya yang mungil, siang mbak…disertai mekar senyumnya, membuat orang yang melihat serasa damai karena masih ada orang yang peduli etika.

Tak sengaja saya mendengar sepintas, ayah dari anak tersebut  menyuruhnya untuk memberli rokok. Hei, kalian terpikir apa yang saya pikirkan? Rokok? Untuk biaya makan keluarganya bagaimana? Mengapa harus beli rokok demi keegoisan seorang ayah, mengapa tak dikumpulkan untuk biaya kebutuhan keluarganya atau untuk menyenangkan putrinya itu. Kalau dipikirkan serius, ini bisa dibilang seorang ayah yang manajemen keuangannya ga bagus. Kalau dalam perusahaan manajemen keuangan yang diatur demikian bisa bangkrut mendadak, alias lengser deh tinggal puing-puing aja.

Kita ber-alih ke kisah tadi ya..jangan berantem soal pemikiran bangkrut. Okey,lanjut!

“Yah, uangnya kurang… rokok 2 batang ga cukup low Rp 1500,- “
“Ganti rokok yang lain Nduk, ni tak tambahin gopek”

Kemudian dikasihkannya rokok 2 batang kepada ayahnya, dan ayahnya memberikan pada sahabatnya se-profesi.

Eh, coba cermati kejadian ini pembaca…

“Yaelah, ternyata habis bayar tagihan..wah-wah ada yang ngibulin di sini, ga tetangga, sodara, eeh teman. Oalah, Nduk-nduk, minta mas mu sana suruh kirim wesel. Teman nggak bisa diandelin, enaknya aja. Pas punya  pura-pura lupa, pas nggak punya  inget, sahut ayah”

Para pembaca, apa yang anda tangkap dari kalimat tersebut? Ada kecewa, ada rasa iri, ada rasa marah sudah membelikan rokok dengan tak ikhlas.. dan.. dan… Menurut kalian, banyak semacam ini terjadi di lingkungan anda? Apalagi orang-orang ekonomi rendah atau yang berkelas? Apakah anda menangkap dari gaya bicara sang ayah tersebut, pasti pendidikannya rendah, benar? Ya, anda benar semua. Pemikiran anda ada benarnya. Lalu apa hubunganya dengan judul artikel saya? Oh tentu ada, anda bisa paham. Mana ada seorang anak yang mau menemani ayahnya bekerja lalu mondar-mandir ikut bekerja. Kalau anda seorang yang punya kasih sayang pada anak, kalau anda punya cara berpikir yang logis, anda pasti takkan membiarkan berlama-lama sang putrinya ikut bekerja seperti ayahnya. Takkan ada seorang ayah yang begitu. Tapi saya bukan protes dengan anda, jika memang ada yang berbuat demikian, menurut saya itu tidak memberdayakan seorang anak. Bagaimana penerus generasi kita mendatang jika di didik seperti itu? Bagaimana moral etika kita yang menurut bangsa lain sangat ngajeni (menghormati) orang lain.

Kritik untuk anda para orang tua yang mempunyai anak, jika anda mempunyai sebuah hati..didiklah anak anda dengan kasih sayang dan moral etika yang sepatutnya seperti yang pernah diajarkan nenek moyang kita. Di mana nantinya anak akan menghormati yang lebih tua, atau pun yang lebih muda darinya. Dari sekian ratus juta anak, puluhan ribu anak ada yang menentang anda (para orang tua) atau membangkang perintah anda. Betapa tidak, itu kembali ke cara didikan anda terhadap putra-putri anda, cobalah untuk introspeksi diri.

Kaitan antara judul topik tersebut, menurutku anak tersebut termasuk anak yang berhati besar. Dia ikhlas menjadi seorang anak tukang parkir. Bisa dilihat dengan kesopanannya menyapa, tidak malu ikut bekerja dengan ayahnya (tanpa wajah terpaksa). Saya yakin, penerus bangsa Indonesia pasti akan mengharumkan bangsa yang kita banggakan ini. Seorang anak kecil, apalagi pada usia anak tersebut ingatannya masih tajam. Dia akan mengingat semua perlakuan yang diterimanya. Jika mendapat perlakuan kasar, besarnya nanti dia akan menjadi anak pemurung, atau bisa jadi 10 x lebih brutal dari sebelumnya. Jika anak mendapat kasih sayang, anak bisa jadi manja atau penyayang. Bisa anda lihat di artikel saya sebelumnya, bagaimana cara mendidik anak yang lebih baik.

Saya bangga pada anak yang saya temui tersebut, dia anak yang mempunyai hati berjiwa besar. Bagiku, tak ada yang mampu dibanggakan yang berupa harta, pangkat/jabatan. Di dunia ini, ada 2 pilihan. Anda ingin menjadi orang yang baik yang melakukan perbuatan baik, atau menjadi orang yang buruk melakukan hal buruk? Namun bisa jadi, orang yang buruk melakukan hal baik karena dia insaf, atau ada yang orang yang baik melakukan hal buruk karena hasutan buruk teman pergaulan/lingkungan. Itulah manusia, tidak ada puasnya jika mengikuti emosi sesaat.  Inti dari artikel ini, bagaimana dengan anda? Anda akan memilih menjadi orang yang seperti apa? Apakah anda sudah bersyukur dengan apa yang sudah anda dapatkan di tiap hari?

Menjadi seorang anak tukang parkir, tukang rongsok, tukang pembersih sampah, dll, tidak masalah. Akan jauh lebih baik, apabila hati anda adalah termasuk hati yang mempunyai jiwa besar. Bukan untuk apa-apa, tapi untuk bangsa kita, untuk keluarga kita, untuk diri kita, dan untuk masa depan anda. Apa gunanya anda dikaruniai otak dan hati, jika anda tak berpikir dan mempunyai welas asih(rasa kasihan) pada sesama pada orang yang membutuhkan.
Eh btw, jangan mikir welas-asih pemain sinetron suami suami takut istri ya^_^ hehehe…

Ini bangsa Indonesia pembaca, kita punya moral etika yang lebih baik untuk kita banggakan.  Ok, selamat  mengapresiasikan perasaan anda sampai sejauh mana. Ini bisa menjadi sebuah renungan, pemacu, atau pun inspirasi, atau lain sebagainya. Lihatlah 10 tahun mendatang setelah perubahan baik anda, akan menjadi apa? Saya yakin, anda takkan menyesal^_^

No comments:

follow

Followers

My Blog List